dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan: (1)mendeskripsikan bentuk penanda kohesi
gramatikal yang terdapat dalam novel Garuda Putih Karya Suparto Brata, (2)
mendeskripsikan penggunaan bentuk kohesi gramatikal dalam novel Garuda Putih
Karya Suparto Brata, (3) mendeskripsikan penggunaan penanda jenis tembung (kata)
antarkalimat dalam novel Garuda Putih karya Suparto Brata.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat yang terdapat dalam novel Garuda
Putih Karya Suparto Brata. Sumber data dalam dalam penelitian ini adalah novel
Garuda Putih Karya Suparto Brata, terdiri dari dua puluh delapan bab yang
diterbitkan oleh NARASI (Anggota IKAPI), Yogyakarta pada tahun 2009. Dalam
instrumen Penelitian digunakan pensil, pulpen, penggaris dan nota pencatat data. Uji
keabsahan data penelitian ini adalah menggunakan teknik meningkatkan ketekunan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik
observasi, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik content analysis (analisis).Penyajian data dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode penyajian informal.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan: (1) Penanda kohesi gramatikal yang
diteliti meliputi (i) referensi (pengacuan), baik persona I tunggal bentuk bebas: aku
‘aku’, kula ‘saya’ persona I tunggal bentuk terikat, lekat kanan: -ku ‘-ku’; lekat kiri:
dak- ‘saya-/ku-’, persona I jamak : awake dhewe “kita”, persona II tunggal bentuk
terikat lekat kanan : -mu ‘-mu’, lekat kiri : kok ‘kau’ persona II bentuk bebas kowe,
sampeyan, njenengan ‘kamu’, persona III tunggal, bentuk terikat lekat kanan –e ‘-
nya’, ne ‘-nya’ persona III tunggal bentuk bebas: dheweke ‘dia’, panjenengane
‘beliau’, demonstratif waktu kini : saiki ‘sekarang’ demonstratif waktu netral: esuk
‘pagi’, demonstratif waktu lampau mau ‘tadi’ , demonstratif tempat ekspilsit: omah
‘rumah’, demontratif tempat agak jauh dengan penutur mrika ‘sana’, demontratif
tempat dekat dengan penutur mriki ‘sini’; (ii) substitusi (penyulihan), baik substitusi
nominal: jamban ‘kamar mandi’, substitusi verbal: uber-uberan - oyak-oyakan
‘berkejaran’, substitusi frasal: wong loro Emi lan Handaka ‘dua orang Emi dan
Handaka’; (iii) elipsis (pelesapan):barang-barang kuwi ‘benda-benda itu’, kula
‘saya’; (iv) konjungsi (perangkaian): pertentangan : nanging ‘tetapi’, ning ‘tetapi’
syarat : yen ‘jika’, menawa ‘jika’, konsesif : senadyan ‘walaupun’, penambahan : lan
‘dan’, urutan : banjur ‘kemudian’, sebab akibat : marga ‘karena’, waktu : sawise
‘setelah’, pilihan utawa ‘atau’, perkecualian : kejaba ‘kecuali’, tujuan : supaya
‘supaya’, cara : kanthi ‘dengan’, perlawanan :dene ‘sedangkan'; (2) penggunaan bentuk penanda kohesi gramatikal yang paling dominan secara umum adalah
referensi (pengacuan) khususnya persona III yaitu pengacuan persona III tunggal
bentuk terikat lekat kanan –e ‘-nya’ . Sedangkan untuk penggunaan penanda kohesi
gramatikal paling sedikit adalah substitusi (penyulihan) khususnya substitusi nominal
yang hanya terdapat dua penanda ; (3) wujud penggunaan penanda jenis tembung
(kata) pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata meliputi ; (a) kata benda, seperti:
sepatu ; (b) kata kerja, seperti: [maca] ‘membaca’ ; (c) kata sifat, seperti: [njenggirate
batin] ‘kagetnya hati’ ; (d) kata keterangan, seperti: [isih] ‘masih’ ; (e) kata ganti,
seperti: [kula] ‘saya’ ; (f) kata bilangan, seperti: [sanga] ‘sembilan’ ; (g) kata
sambung, seperti: [utawa] ‘atau’ ; (h) kata depan, seperti: [kaya] ‘seperti’ : (i) kata
seru, seperti: ah. |
en_US |