Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan model probing prompting lebih baik dari
model konvensional; (2) apakah hasil belajar matematika siswa dengan motivasi
belajar tinggi lebih baik dari motivasi belajar sedang dan rendah; (3) apakah hasil
belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik dari pada motivasi sedang
dan motivasi sedang lebih baik dari motivasi rendah pada model probing
prompting; (4) apakah hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih
baik dari pada motivasi sedang dan motivasi sedang lebih baik dari motivasi
rendah pada model konvensional; (5) pada motivasi belajar tinggi, apakah model
probing prompting lebih baik dari model konvensional; (6) pada motivasi belajar
sedang, apakah model probing prompting lebih baik dari model konvensional;
(7) pada motivasi belajar rendah, apakah model probing prompting lebih baik dari
model konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri se-Kecamatan Banyuurip. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel dalam
penelitian ini 65 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelompok eksperimen dan
33 siswa kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa angket motivasi dan tes
hasil belajar matematika. Instrumen diujicobakan sebelum digunakan untuk
pengambilan data. Validitas angket dilakukan dengan konsistensi internal dan
reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha. Sedangkan untuk tes hasil belajar
validitas instrumen dilakukan dengan product moment. Reliabilitas tes diuji
menggunakan rumus KR-20. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes
untuk data hasil belajar matematika, metode angket untuk data motivasi serta
metode dokumentasi untuk mengetahui nilai ujian semester I matematika siswa
yang digunakan untuk menguji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi (Anava) dua
jalan dengan sel tak sama. Sebagai tindak lanjut dari Anava dilakukan uji Scheffe.
Hasil penelitian dengan = 0.05, menyimpulkan bahwa: (1) obs = 6.076 >
tabel = 4.003 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Probing Prompting dan
model konvensional, dilihat dari rataan marginalnya bahwa model pembelajaran
probing promting lebih baik dari model konvensional; (2) obs = 9.463 >
tabel = 3.15 maka ditolak yang berarti tidak semua motivasi belajar
memberikan efek yang sama terhadap hasil belajar siswa, maka dilakukan uji
Scheffe dan didapat hasil belajar matematika untuk motivasi belajar tinggi (MT)
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
(MS) dan motivasi belajar rendah (MR); (3) pada model pembelajaran probing
ix
prompting hasil belajar siswa untuk motivasi belajar tinggi lebih baik dari pada
motivasi belajar sedang dan motivasi belajar sedang lebih baik dari motivasi
rendah. (4) pada model pembelajaran konvensional hasil belajar siswa untuk
motivasi belajar tinggi lebih baik dari pada motivasi belajar sedang dan motivasi
belajar sedang lebih baik dari motivasi rendah; (5) pada motivasi belajar tinggi
berdasarkan rataan kolom hasil belajar siswa untuk model probing prompting
lebih baik dari model konvensional; (6) pada motivasi belajar sedang berdasarkan
rataan kolom hasil belajar siswa untuk model probing prompting lebih baik dari
model konvensional; (7) pada motivasi belajar rendah berdasarkan rataan kolom
hasil belajar siswa untuk model probing prompting lebih baik dari model
konvensional.