Abstract:
Penelitian ini berjudul “ Analisis Semiotik Syair Lagu Keroncong Karya
Gesang Martohartono”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan
pembacaan heuristik dalam syair lagu keroncong karya Gesang Martohartono. (2)
Mendeskripsikan pembacaan hermeneutik dalam syair lagu keroncong karya
Gesang Martohartono.
Teori yang menjadi kerangka acuan adalah teori yang dikemukakan
Riffaterre dalam Pradopo (2009: 134), untuk dapat memberi makna sajak secara
semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan
hermeneutik atau retroaktif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
baca dan teknik catat dengan cermat, memahami menginterprestasikan lirik lagu
yang terdapat dalam syair lagu keroncong karya Gesang Martohartono. Teknik
baca adalah data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membaca teks atau
naskah syair lagu keroncong secara keseluruhan dengan cermat, teliti dan
berulang-ulang yang kemudian mencatat hal-hal yang diperlukan. Sumber data
dalam penelitian ini adalah syair lagu keroncong karya Gesang Martohartono
yang terdiri dari 19 syair lagu. Instrumen penelitian yang dipakai adalah peneliti
sebagai sumber instrumen dibantu dengan kartu pencatat data. Teknik analisis
data menggunakan syair lagu keroncong karya Gesang Martohartono. Analisis
terdiri dari dua pembacaan yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan
hermeneutik, serta mendeskripsikan makna yang tertuang dalam syair lagu
keroncong. Penyusunan data menggunakan teknik induktif yaitu menarik
kesimpulan setelah data disajikan.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah ilmu yang
mempelajari tentang penggunaan tanda dan perlambangan. Penelitian dengan
pendekatan semiotik adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik,
Pembacaan heuristik adalah menerjemahkan atau mempelajari arti dari kata-kata
dan sinonim-sinonim. Untuk menjelaskan arti bahasa jika diperlukan susunan
kalimat dibalik seperti susunan bahasa secara normative. Hasil analisisnya diberi
tambahan kata sambung (dalam kurung), kata-kata dikembalikan kedalam bentuk
morfologinya. Hermeneutik secara sederhana berarti tafsir. Pembacaan heuristik
harus diulang dengan pembacaan hermeneuitik yang berdasarkan pada konvensi
sastra (puisi) yaitu sistem semiotik tingkat kedua. Konvensi sastra yang
memberikan makna itu diantaranya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi)
sastra tersebu